Pages

Diam yang Hikmah

Pict from tumblr

✍Diantara perusak manusia yang berbahaya adalah lisan.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم berpesan kepada ummatnya,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَالْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Kiamat hendaklah berkata yang baik atau diam.”(HR Bukhory, Muslim).

Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany,
Dari Anas, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

  اَلصَّمْتُ حِكْمَةٌ وَقَلِيلٌ فَاعِلُهُ  أَخْرَجَهُ اَلْبَيْهَقِيُّ فِي اَلشُّعَبِ بِسَنَدٍ ضَعِيفٍ وَصَحَّحَ أَنَّهُ مَوْقُوفٌ مِنْ قَوْلِ لُقْمَانَ اَلْحَكِيمِ

"Diam itu bijaksana namun sedikit orang yang melakukannya." Riwayat Baihaqi dalam kitab Syu'ab dengan sanad lemah dan ia menilainya mauquf pada ucapan Luqman Hakim.

Diantara faedah hadits ini
⏺Penjelasan keutamaan diam, dan bahwa diam itu merupakan bagian dari hikmah. Allah berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."(Qaaf: 18)

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barang siapa yang bisa menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya (lisan), dan yang ada di antara kedua pahanya (kemaluan) maka aku akan menjaminnya masuk syurga.”(HR Bukhory, 6474 dan Muslim)

Dari Mu’adz bin Jabal berkata, aku bertanya, “Wahai Nabiyullah! Apakah kita akan dihukum hanya lantaran apa yang kita ucapkan?”. Lalu Beliau bersabda,

ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَ هَلْ يُكَبُّ النَّاسُ فىِ النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
“Ibumu telah kehilanganmu wahai Mu’adz. Tidaklah manusia itu ditelungkupkan di dalam neraka atas wajah-wajah atau hidung-hidung mereka melainkan hanyalah karena hasil dari lisan-lisan mereka”. (HR at-Turmudziy, 2616, Ibnu Majah, 3973, dishohihkan Al-Albany dalam Jaami’ ash-Shaghiir, 5136)

Dari Uqbah bin Amir berkata, aku pernah bertanya,

 يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا النَّجَاةُ؟ قَالَ: أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلىَ خَطِيْئَتِكَ
“Wahai Rosululllah, apakah keselamatan itu?”. Beliau menjawab, “Jagalah lisanmu atasmu, lapangkanlah rumahmu dan menangislah atas dosa-dosamu”. (HR at-Turmudziy: 2406 dishohihkan al-Albaniy)

Dan diriwayatkan, bahwa Abu Bakar pernah memberi isyarat kepada lisannya sambil berkata,
"Inilah yang mungkin akan memasukkanku ke dalam tempat-tempat yang berbahaya."

Hasan Al-Bashry berkata,
"Tidaklah akan paham agama ini, orang yang tidak mampu menjaga lidahnya."

⏺Al-Ghozali menyebutkan,
"Diantara bahaya-bahaya lisan adalah berpanjang lebar membahas kebatilan dan filsafat, berkata-kata yang keji, mengumpat, menghina, mengolok-olok, menyebarkan rahasia seseorang, berdebat, melaknat, berbohong, ghibah, namimah dan menebarkan benih-benih permusuhan.

⏺Dengan ini kita tahu bahwa diam yang terpuji yaitu diam terhadap perkataan-perkataan yang diharamkan. Dan termasuk diam dari perkataan yang tidak bermanfaat.
Adapun jika perkataan itu termasuk hal yang bermanfaat, seperti membaca Al-Qur'an, dzikir, amar ma'ruf dan semacamnya maka hal ini terpuji.

⏺Berbicara hal yang terpuji termasuk nikmat Allah yang besar.
Allah berfirman,
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar."(An-Nisa : 114)

⏺Sabda beliau, "Namun sedikit yang melakukannya", disebabkan karena manusia lebih banyak yang condong untuk berbicara ini dan itu dan memperbanyak pertanyaan.
(Dinukil dari Taudhihul Ahkam, Saikh Abdulloh Alu Bassam)

🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc


Erik Parmanto

No comments:

Post a Comment

Instagram